Majalah Tashfiyah Edisi 76 Tema Lisanmu Surgamu & Nerakamu

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya: “Tiada suatu ucapan yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf: 18).

Dan demikianlah kebanyakan manusia masuk ke dalam neraka karena tidak menjaga lisan, begitu mudahnya seseorang berucap tanpa sadar atau dalam kesadaran akan tetapi tidak terbimbing syariat sehingga yang keluar adalah ucapan-ucapan yang menghantarkan dirinya ke dalam neraka. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam telah mengingatkan untuk menjaga lisan, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah perkataan yang baik atau diam.”(Muttafaqun ‘alaihi).

Saat ini, banyak orang bermudah-mudahan dalam menggunakan lisan sebagai sarana memprovokasi, memecah belah, sekedar menyampaikan opini, berdakwah tanpa ilmu, dalam sebuah perjanjian jual beli ataupun candaan (komedian) untuk meraih popularitas yang semua itu dianggap hal lumrah dikalangan masyarakat kita. Lalu, bagaimanakah sebenarnya Islam mengatur amalan ringan yang satu ini?

Simak pembahasan lengkap dalam majalah tashfiyah edisi kali ini dengan tema “Lisanmu, Surgamu & Nerakamu” semoga Anda bisa mengambil banyak faidah dan berhati-hati dalam menggunakan lisan.

Nama Produk: Majalah Tashfiyah Edisi 76 Tema Lisanmu Surgamu & Nerakamu

Tema: Lisanmu Surgamu & Nerakamu

Penerbit: Media Tashfiyah

Tebal: 112 halaman

Berat: 100 gram

Harga: Rp. 10.000 (jawa)

Daftar Isi:

Teropong: Pengantin dan Kata-kata

Telaah: Nikmat Lisan, Nikmat yang Terlupakan, Penjarakan Lisan, Menuai Ganjaran dari Lisan

Tafsir: Bergurau Dengan Lisan  Bisa Jatuh Dalam Kekufuran

Mutiara Nubuwwah: Awas Dusta Menyampaikan Semua Berita

Akidah: Arsyi

Ibrah: Nabi Dawud ’Alaihissalam

Tazkiyatun Nufus: Kesudahan Doa Kita

Titian: Menebar Kebaikan

Sirah: Pertempuran Bani Lihyan

Figur: Fairuz Ad Dailami Radhiyallahu’anhu

Info Sehat: Saat Sariawan Datang

Renungan: Panggilan

Syabab: Wabah itu Bernama

Akhlak: Mencari Aman

Bahtera Rumah Tangga: Buah Jauh Tak Jauh Dar Pohonnya

Buah Hati: Mencarikan Guru Untuk Anakku