Majalah Fiqih Islami Fawaid Edisi 08 vol 02 2014

Rp12,000

Silahkan klik untuk info lebih cepat

Stok habis

Deskripsi

majalah-fiqih-islami-fawaid-edisi-08-vol-02-2014Judul: Majalah Fiqih Islami Fawaid Edisi 08 vol 02/Dzulqo’dah-Dzulhijjah 1435H/September-Nopember 2014
Tema : Islam Tanpa Madzhab
Penerbit: Ma’had al-Manshuroh
Tebal: 104 halaman
Fisik: 15 cm x 23 cm, uv, soft cover
Harga: Rp 12.000 (Jawa) Rp.14.000 (Luar Jawa)

UNTUK KALANGAN SENDIRI

Sinopsis Majalah Fiqih Islami Fawaid Edisi 08 vol 02 2014

Fanatik Kita hanya Kepada Rosululloh

Setiap Muslim mestinya hanya menjadikan Rosulullah sebagai tauladannya. Tak ada pilihan baginya untuk menjadikan figur selain beliau sebagai pautan dalam setiap sendi kehidupan, meski di masa sekarang banyak bermunculan orang-orang yang dianggap hebat dan ditokohkan oleh banyak orang.

Namun realita yang ada menunjukkan banyak sekali kaum muslimin yang menduakan Rosulullah dalam menjadikan beliau sebagai teladan. Tak hanya menduakan, bahkan sering kita jumpai kaum muslimin yang memiliki banyak tokoh yang dijadikan panutan dan ikutan selain Rosulloh.

Salah satu sikap menjadikan teladan kepada selain Rosulullah bisa kita dapati pada fenomena fanatik madzhab. Bagi fanatikus madzha, imam madzhab sering diposisikan seperti nabi yang semua pendapatnya tidak boleh dibantah. Siapa saja yang menyelisihi akan dianggap sebagai musuh.

Yang tidak kalah buruknya sampai ada orang-orang yang melarang pernikahan bila pasangan yang hendak menikah adalah pengikut madzhab yang berbeda. Mungkin hal ini tidak pernah terjadi di negeri kita, karena mayoritas kaum muslimin Indonesia adalah pengikut madzhab Syafi’i. Namun di negeri-negeri muslim lain, yang penduduknya menjadi pengikut madzhab yang berbeda-beda, kejadian seperti ini adalah hal yang biasa.

Ini adalah bentuk pengharoman terhadap sesuatu yang dihalalkan alloh subhanahuwata’ala. Dan tentu saja para imam madzhab tidak pernah menganjurkan untuk melakukanya. Namun karena penyakit fanatik yang sudah demikian parah, efek buruknya menjalar ke banyak perkara dan sudah keluar dari jalur kebenaran.
Bila kita menengok sejarah kehidupan para imam madzhab, tidak ada satupun dari mereka mengajak kaum muslimin untuk menjadi pengikutnya atau mentaati semua pendapatnya. bahkan sebaliknya, para imam madzhab tersebut mengajak kaum muslimin untuk bersikap “kritis” yaitu hendaknya mereka meneliti setiap pendapat para imam madzhab apakah sudah sesuai dengan bimbingan Rosulullah atau tidak.

Bila pendapat para imam madzhab menyelisihi sunnah Rosulullah, hendaknya kaum muslimin membuangnya. Inilah sikap yang ditunjukan oleh semua imam madzhab. Yaitu jangan sampai ada satupun kaum muslimin yang bersikap taklid pada mereka.
Karena para imam madzhab itu tahu betul bahwa bersikap fanatik hanya boleh ditujukan kepada Rosulullah. Selain Rosulullah pendapatnya bisa benar bisa pula salah. Maka hendaknya setiap pendapat selain dari Rosulullah selalu ditimbang dengan al-Quran dan as-Sunnah agar kita tidak terjatuh pada sikap beragama tidak di atas ilmu.

Dampak lain yang tidak kalah buruk dari sikap fanatik madzhab adalah munculnya pandangan atau anggapan bahwa ulama itu hanya empat orang saja. Selain ke empat imam madzhab tersebut, mayoritas kaum muslimin tidak mengenal siapa para ulama mereka. Padahal Islam memilki banyak sekali ulama, yang kebesaranya tidak kalah dari para imam madzhab. Namun karena sudah dirasuki sikap fanatik, pengetahuan kaum muslimin tentang ulama mereka jadi menyempit, bahkan tak jarang mereka hanya kenal imam madzhabnya saja. Wallohua’lam.

 

Informasi Tambahan

Berat 0.15 gram