Deskripsi
Judul: Kisah Nabi Nuh, Bahtera Nabi Nuh
Judul Asli : Qoshosh al Anbiya, Safinatu Nuh
Penulis : Al Jamiah al Islamiyah al Madinah an Nabawiyah
Penerjemah : Abu Umar Ibrohim
Ukuran : 14,5 cm x 20,5 cm,
Tebal: 44 halaman
Sinopsis Buku Kisah Nabi Nuh, Bahtera Nabi Nuh
Segala puji bagi Allah Ta’ala. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad, para shahabatnya, dan yang mengikuti mereka dengan baik. Para orang tua kaum muslimin yang saya cintai … Alangkah bahagianya kita manakala anak yang kita tunggu-tunggu telah lahir ke dunia dengan selamat. Seribu asa dan harapan besar tercurahkan untuk sang buah hati agar bisa bermanfaat di kemudian nanti.
Tak ada seorang pun dari orang tua yang menginginkan anaknya celaka. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya bahagia. Akan tetapi bagaimanakah standar kebahagiaan itu? Dan bagaimakah cara membahagiakan sang buah hati? Di sinilah letak perbedaan orang tua yang jahil (baca: tidak berilmu). lmu) dengan orang tua yang berilmu (baca: ilmu agama). Orang tua yang jahil terhadap agama menjadikan standar kebahagiaan itu dengan kehidupan dunia yang fana. Asal anak itu kaya, bisa memberikan harta dan materi terhadap orang tua itulah cita-cita mereka. Mereka tidak terlalu peduli bahkan tidak memeperdulikan urusan akhirat. Kata mereka akherat nomor dua, yang penting duit dan duit. Ya Allah … betapa rendah dan hinanya dunia ini.
Akhirnya orang tua yang seperti ini akan mendidik anak dengan modal akal, perasaan, dan hawa nafsu mereka. Apa yang menurut akal, perasaan, dan hawa nafsu baik, itulah kebaikan tanpa menimbang apakah perkara itu melanggar syariat atau tidak. Adapun orang tua yang berilmu, mereka memandang bahwa merupakan amanah dari Allah yang harus dijaga. Sehingga mereka akan membimbing dan mendidik anak di bawah naungan ilmu. Mereka menghindari cara-cara haram dan melanggar syariat dalam mendidik anak. Mereka yakin bahwa kebaikan dan kebahagiaan itu hanyalah dengan mengikuti syariat-Nya.
Sengguh, agama Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur segala aspek kehidupan. Masalah pendidikan anak pun tak lepas dari aturan syariat. Allah dan Rasul-Nya telah mengajarkan bagaimana cara kita mendidik dan membahagiakan anak. Dalam Islam, yang menjadi standar kebahagiaan bukanlah dunia. Akan tetapi seseorang yang berbahagia adalah apabila dia beriman kepada Allah, beramal shaleh, berdakwah dan bersabar.
Bukankah Allah telah berfirman: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr : 1-3) Para pendidik dan orang tua yang dimuliakan Allah … Oleh karena itu marilah kita meneladani Rasululah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mendidik anak-anak. Beliau menanamkan aqidah yang benar (tauhid) sejak dini, walau kepada anak-anak. Beliau sangat keras terhadap perbuatan-perbuatan syirik (penyekutuan Allah dalam ibadah). Karena aqidah yang benar adalah sumber kebahagiaan dunia dan akhirat, sedangkan syirik akan membawa malapetaka dan kesedihan di dunia dan di akhirat.
Para pembaca yang budiman ….. Janganlah sampai kita melalikan pendidikan agama anak-anak kita. Kita akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah kelak. Takutlah kepada Allah! Bertakwalah kepada Allah! Dan yakinlah terhadap janji Allah terhadap mereka yang mau menolong agama. Akhir kata, mudah-mudahan kehadiran buku ini bisa menjadi sarana alternatif sebagai upaya mengenalkan anak-anak kepada sosok yang diridhoi Allah, yang telah mendapatkan kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Buku ini sarat dengan pesan-pesan yang bernilai aqidah yang sangat dibutuhkan mereka untuk membentuk kepribadian seorang muslim yang bertauhid kepada Allah. Tak lupa kami meminta ampun kepada Allah apabila ada kesalahan dalam buku ini dna kami meminta kepada yang menemukan kesalahan untuk menghubungi kami. Saran dan kritik kami nantikan. Mudah-mudahan Allah Subhaanahu wata’aala senantiasa memberikan istiqomah sampai ajal menjemput kita.
Dan semoga Allah mengumpulkan kita di dalam jannah-Nya bersama para Nabi, shiddiqin, syuhada’ dan shalihin. Amiin yaa Mujibas Sailin. Wallahu a’lam.
Ulasan
Belum ada ulasan.